Perkenalkan
namaku Hujan. Orang biasa memanggilku dengan sebutan hujan, gerimis ataupun
kremun. Aku adalah orang yang kehadirannya dirindukan. Jika lama tak kelihatan biasanya
orang-orang akan bertanya, kapan aku datang, sudah lama aku tak datang dan
berbagai ungkapan lain yang menginginkanku segera muncul.
Sayangnya
harapan itu membingungkanku lantaran saat aku hadir, keluhan menyerbuku. Kenapa
hujan terus, kapan terangnya, jangan hujan dulu atau yang lebih parah orang-orang
menyalahkanku karena hadirku membuat beberapa tempat menjadi banjir. Hello, bukankah
itu salah mereka?
Begini,
saat diriku lama tak turun sebenarnya aku sedang memberikan kesempatan kepada mereka
untuk bertindak dan bersikap baik. Membersihkan sungai dari tumpukan sampah
bukan menambahi dengan yang baru. Membuat peresapan air agar aku bisa lewat
bukan dicor dengan adukan semen sehingga aku harus mencari resapan dengan
mengalir ke tempat yang rendah.
Ah,
manusia. Kenapa pula masih menyalahkanku padahal mereka sendiri yang membuat
kerusakannya. Mereka tahu bahwa membuang sampah sembarangan itu tidak baik,
tapi buktinya? Mereka dengan seenaknya mengotori jalan dan sungai dengan
bungkus makanan yang mereka makan. Pertanyaannya, apakah ilmu yang mereka dapat
hanya sekedar menggugurkan kewajiban atau agar dianggap orang berpendidikan.
Hah?
Seharusnya
mereka intropeksi dan belajar dariku. Aku sama sekali tak membedakan mana yang
kaya dan miskin, mana yang taat dan yang maksiat, mana yang sudah menikah atau
jomblo. Aku datangi mereka semua tanpa terkecuali. Tidak seperti hukum, mereka
mimilih datang pada yang berduit. Masih salahkah aku?
![]() |
Sumber : Pixabay(dot)com |
#30DWC
#30DWCJilid16 #Day16
EmoticonEmoticon