Kembali ke
rutinitas, berseragam dan kantor. Sesutau yang dulu persah saya hindari, bekerja
tetapi bebas tanpa terikat harus memakai baju apapun. Tetapi nyatanya takdir
berkata lain, balai desa dengan aturan baju kheki
setiap senin dan selasa menjadi hal yang mau tidak mau harus saya patuhi. Meski
awalnya males juga tetapi seiring berjalannya waktu saya pun sudah mulai
berdamai. Bukankah memang seperti itu seharusnya? Berdamai adalah cara terbaik move on dari masa lalu.
Pagi ini langit
sedang mendung ketika saya berangkat. Mood yang saya jaga agar tetap baik
ternyata berubah gegera bata yang dipesan tak sesuai harapan. Bata 500 buah
yang dipesen kepada Pak Bambang dibarengkan dengan pemesanan bata untuk Paud Lestari
yang mangkrak laiknya Hambalang, kualitasnya jelek.
Hal yang
membuat mood saya berubah adalah ketika bata itu saya bawa dan tunjukan kepada
bapak namun reaksinya mengisyaratkan kekecewaan. Meski tak diperlihatkan dengan
ucapan, akan tetapi rasa sensitif saya mengiyakan akan isyarat itu. Setelah saya
konsultasikan ke Pak Bambang, ia tak mempermasalhkan ketika pemesanan itu saya
batalkan karena ia memahami bahwa kualitas batanya tak sesuai harapan. Plong, lega rasanya.
Namun kelegaan
itu lenyap ketika saya mengirim sms ke bapak mengabarkan bahwa bata yang sudah dipesan
tidak diambil. Jawabannya, kon jikot bae. Suruh diambil saja.
Entahlah,
perintah itu di ambil masih dalam rasa kecewa atau karena terpaksa sudah kadung
pesan. Benar-benar mbingungi, menyisakan rasa bersalah. Dan sampai tulisan ini
dibuat, saya belum mengkonsultasikan lagi ke Pak Bambang terkait bata yang kata
bapak suruh diambil saja.
Pringamba, 27 November 2017
EmoticonEmoticon