Ada yang
kurang. Begitulah rasaku saat ini. Ada sesuatu, rasa ingin yang tidak
kesampaian. Tahukah kamu rasa apa itu? Rindu ngaji pasaran di pesantren. Ngaji
kitab kuning yang khusus di bulan ramadhan, ngaji yang dalam satu bulan bisa
4-5 kitab khatam, selesai. Serta rindu
akan ramenya suasana celoteh santri rebutan takjilan. Rasa itu begitu terasa
ketika setelah tadarus ba’da terawih tak ada kegiatan. Nonton tv rasanya begitu
memuakkan. Berlebih banyak kitab yang dulu tidak sempat saya jamah.
Setengah
bulan sebelum ramadhan tiba, sebenarnya ada rencana untuk ikut pasaran di
Kaliwungu, Kendal. Miftahudin, dia lah yang mengajak untuk ke sana yang
tentunya saya iya kan. Namun keadaan keluarga tak memungkinkan untuk melakukan
itu. Biaya hidup selama satu bulan ditambah biaya kitab yang kira-kira sampai
satu juta rasanya tak mungkin saya bebankan kepada orang tua. Selain tak tega,
saya juga malu jika harus meminta terus menerus. Maka tidak ada pilihan lain
selain merelakan rasa itu menguap laiknya embun yang hilang seiring meningginya
mentari pagi.
Andaikan
waktu bisa diputar mundur, mungkin saya akan membuat daftar hal yang harus saya
lakukan untuk mencapai mimpi yang kian hari semakin jelas. Sayang, itu tak akan
pernah terjadi. Pertanyaan kenapa dulu saya tidak seperti ini? Kenapa baru
sekarang saya sadar? Kenapa saya dulu tidak seperti itu? Dan pertanyaan kenapa-kenapa
lainnya terus bermunculan seiring berlalunya waktu. Namun, semua itu akan
menjadi sia-sia jika KESADARAN akan MASA LALU tidak berbuah perbaikan di masa
SEKARANG.
Maka, tidak
ada gunanya kan jika saya terus berandai-andai, memimpikan kebaikan tanpa mau
memulai? Persis seperti pertanyaan kenapa tidak sejak dulu saya tekun belajar
Bahasa Inggris sehingga kesempatan untuk mencoba peruntungan beasiswa S2 harus
saya tunda. Skor TOEFL yang harus 550 untuk kuliah di luar negeri dan 500 untuk
kuliah di Indonesia tak mungkin saya capai. Pasalnya, saya tak menguasai bahasa
Inggris dan tak pernah menyiapkan diri untuk hal itu. Maka KESADARAN saya akan
lemahnya bahasa Inggris tak akan ada gunanya jika SEKARANG saya tak memulai
mempelajari dan menekuni Bahasa Inggris.
“Kesempatan
itu datang pada orang yang tepat. Pada orang yang pantas mendapatkannya.
Laiknya kesempatan beasiswa S2, ia datang pada orang yang bisa menaklukan semua
persyaratan yang salah satunya memperoleh skor TOEFL kisaran 500-550. Maka,
jika skormu masih di bawah 500 maka kamu bukan orang yang pantas
mendapatkannya.” (Mad Solihin)
Terakhir,
mari MEMANTASKAN DIRI in anything.
![]() |
Sumber disini |
Ramadhan 2, 1438 H
Pringamba,
28 Mei 2017 II 06:43 WIB
Mad Solihin
4 komentar
Write komentarkemarin, kini dan nanti.. kita hidup di kini untuk menjadi nanti...muehehek
ReplyBetul mas .. Mkanya sekrang lgi menyiapkan yg terbaik untuk nanti 😁
Reply"pertanyakan" atau "pertanyaan"? Ada di paragraf 3. Muehehe
ReplyThe first Comment.... yey! Wahahha
Pertanyaan .. Hehe
ReplyTerima kasih koreksinya :)
EmoticonEmoticon