![]() |
Ilustrasi (Mad Solihin) |
Harapan
untuk segera membeli HP Android baru pupus sudah. Rijal tak sampai hati untuk
meminta kepada ayahnya. Bahkan rencana untuk berhutang juga tak berani ia
sampaikan, apalagi sore tadi ia mendengar langsung ucapannya mengenai keinginan
yang belum kesampaian, tentang memperbaiki reng atap yang sudah rusak sehingga
beberapa genting terjatuh. Prihatin mendengarnya. Ia pun merasa malu sekaligus
getir karena dirinya belum bisa membantunya.
Buah salak
yang menjadi penghasilan pokok masa panennya tidak menentu. Belum lagi ditambah
kebutuhan lain yang tidak sedikit membuat ayah Rijal tak menanggapi ketika malam
itu, kira-kira dua mingggu yang lalu untuk pertama kalinya Rijal mengutarakan
keinginan berhutang di BMT. Untuk meyakinkannya, ia pun mengatakan bahwa kebun
yang berada di Gedangan dan Curug Bolong akan dirawatnya. Hitug-hitung cicilan
perbulan adalah upah atas usahanya merawat dua kebun tersebut biar tidak
terkesan mendapatkan sesuatu secara cuma-cuma. Sayang, tak ada respon. Dan kini
walaupun keinginan itu masih menyala namun ia tak berani mengutarakannya
kembali. Takut salah sekaligus tak tega.
Sekarang, pasca
kehilangan kedua HP nya beberapa bulan lalu, Rijal memakai HP milik ayahnya. HP
yang hanya untuk sms dan telfon, selebihnya Rijal harus super sabar tanpa ada koneksi
internet dan sosmed. Tulisan yang siap posting di blog juga harus mengendap
terlebih dahulu di notebook. Pasalnya modem yang ia miliki juga ikut raib
bersama dengan tas dan kedua hp nya. Tathering yang biasa menjadi andalannya
tak mungkin karena hp nya tak mendukung.
“Seberapa
pentingkah HP Android itu?” Tanya Rijal dalam hati kepada dirinya sendiri.
Mendapati
pertanyaan yang menyentak kesadarannya membuat Rijal diam. Ia pun mulai berpikir
tentang kemungkinan-kemungkinan kenapa harus memiliki hp android. Maka setelah
beberapa menit terdiam, Rijal teringat tentang teman-temannya yang lebih sering
menggunakan sosmed daripada sms ataupun telfon. Bahkan pernah ia dapati
temannya tidak membalas pesannya karena tidak mempunyai pulsa. Mereka lebih
suka menggunakan BBM, Whatsap dan Line. O ya, Line. Rijal pun teringat bahwa ia adalah
pengurus salah satu organisasi yang komunikasinya menggunakan line, mulai dari
rapat maupun share informasi. Maka dalam beberapa waktu ini ia pun absen. Wal
hasil informasi sama sekali tak ada yang ia tahu. Miris bercampur sedih.
Beberapa
hal yang harus terkoneksi dengan internet terpaksa ia pendam. Tak ada browsing,
taka ada fb maupun berselancar di dunia maya, cuti.
Pringmba,
28 Desember 2016
EmoticonEmoticon