![]() |
Saat Proses Skripsi |
Sebenarnya kalau kerja saya sudah menjadi
reporter di Majalah Bintang Cendekia tidak lama setelah saya wisuda, hanya saja
setelah saya kehilangan hp android Oppo sampai sekarang belum ada kontak lagi
karena biasanya kami berkomunikasi lewat WA. Pernah saya menginfromasikan
kepada Mba Novi selaku redaktur pelaksana lewat email perihal hp saya yang
hilang dan jika ada kepentingan supaya menghubungi nomor sementara yang saya
tinggalkan di email, namun entah masih jalan atau tidak, atau mungkin sudah
mendapat reporter baru sehingga tak menghubungi saya. Entahlah, hanya saja saya
berharap jika ada tulisan saya yang nantinya masuk cetak saya bisa mendapatkan
majalahnya dan mendapat kejelasan status, masih memerlukan bantuan saya sebagai
reporter atau tidak.
Perihal kerja, saya juga akan
menghitungnya setelah Konfercab pada tanggal 8-9 Oktober 2016 lalu. Pasalnya
setelah wisuda saya harus mengurusi bahkan sampai hari ini masih belum selesai
soal kekurangan dan masih punya tanggungan. Jadi jika dihitung baru sekitar
satu bulan setengah saya benar-benar santai (mungkin, hanya perkiraan subjektif
penulis saja). Dan yang membuat saya
santai juga bukan tanpa alasan, pasalnya ada tawaran untuk menjadi full timer
di LP Ma’arif Banjarnegara. Karena saya sudah meng’iya’kan dan menyatakan
kesediaannya, saya takut kalau melamar di tempat baru maka menghianati
kepercayaan dari Pak Hendro. Selain karena saya kira, kalau menjadi full timer
saya akan bisa berlatih mandiri sekaligus punya banyak waktu luang untuk
merencanakan masa depan.
Galau kah saya? Tentu perasaan itu
ada. Namun yang membuat saya galau bukan perihal kerja dimananya, tetapi lebih
ke ucapan ibu saya supaya mendaftar mencari peruntungan sekaligus pertanyaan
orang desa yang masih berpikiran bahwa setelah kuliah maka harus langsung
kerja. Itu lah beban moral sebagai orang desa kuliah yang menjadi sarjana.
Karena pemikiran mereka masih menganut paham “Kenapa sekolah duwur-suwur jika
akhirnya menganggur?”
Untuk mengobati pertanyaan itu saya berprinsip
“Yang penting saya tidak merugikan orang lain. Bagaimanapun keadaan saya
sekarang toh saya meminta uang kepada orang tua saya. Tetannga yang berkomentar,
mereka sama sekali tak pernah membiayai saya dan saya pun tak membuat mereka susah
hidupnya.” Dan saya percaya bahwa suatu saat nanti saya bisa membawa
kemanfaatan untuk orang lain, ikut memajukan masyarakat desa dan terutama
membantu meringankan beban ibu dan bapak. Saya optimis untuk itu. So, hari esok
masih panjang dan sebagai lelaki, umur saya sekarang masih tahap untuk terus
menggembleng diri supaya benar-benar menjadi pribadi yang berkualitas.
Pringamba, 28 November 2016 14:49 WIB
Mad Solihin
EmoticonEmoticon