![]() |
Ilustrasi |
Malam itu suasana
berbeda. Di sebuah cafe yang biasa buat nongkrong untuk sekedar melepas penat
dan mencari inspirasi untuk menulis, Riski tak duduk sendiri seperti biasa. Ada
sosok perempuan yang menemaninya. Dari gaya percakapan keduanya terlihat mereka
adalah orang yang sudah lama kenal, tepatnya teman lama. Pertemuan itu pun tak
sengaja, Siti Ma’rifah perempuan yang kini sedang menyelesaikan studinya di
Amsterdam, Belanda sedang pulang ke Indonesia. Setelah lama tak ada komunikasi
tetiba saja muncul pesan lewat inbox yang mengabarkan kepulangannya. Rizki yang
kebetulan sedang online langsung membalas dan mengajaknya untuk bertemu yang
diiyakan oleh Rifa, panggilan akrab teman lamanya itu. Pucuk di cinta ulampun
tiba. Begitulah pekik Rizki dalam hati. Keinginan untuk bisa kuliah S2 di luar
negeri yang sempat redup setidaknya bisa di cas dan kembali membara.
“Sibuk apa
sekarang?” tanya Rifa setelah bertukar kabar. “Katanya baru wisuda S1. Selamat
ya. Semoga ilmunya berkah. Lanjut S2 atau langsung kerja?” tanyanya lagi.
“Aamiin.
Terima kasih ya doanya. Ini bantu orang tua di rumah, pengin langsung lanjut S2
cuma kalau mengandalkan orang tua tak mungkin. Kasihan mereka, rencana berhenti
satu tahun dulu buat mencari peluang beasiswa, syukur bisa di luar negeri. Aku
iri sama kamu,” jawab Rizki.
“Hahaha,
iyalah secara aku kan saingan terberatmu yang tak bisa dikalahkan,” balas Rifa sambil
tertawa.
Percakapan
malam itu pun banyak berisi tentang cita-cita dan rencana kedepan. Rifa,
perempuan beruntung yang dulu pernah satu almamater di MTs Walisongo setelah
lulus langsung melanjutkan ke salah satu SMA di Yogyakarta. Selain karena
keluarganya yang kaya, ia pun dibekali dengan kemampuan otak yang encer. Pantas
saja ia sering mengikuti event-event bergengsi mewakili sekolahnya. Itu pula
yang membuatnya menjadi pribadi yang terbuka dan berpikiran maju. Sehingga
menjelang kelulusan, ia pun mengabarkan akan kuliah di Belanda yang mendapat
sambutan hangat dari pihak sekolah maupun keluarga.
Kesukaannya
dalam mapel bahasa Inggris ternyata berbuah manis. Beasiswa LPDB yang
mensyaratkan skor Toefl dan IELTS tak menjadi halangan baginya. Selain karena sering
diskusi dengan bahasa Inggris di extrakulikuler “English Study Club” juga rajin
menghafal 10 kosataka per hari. Maka ia pun lulus tes dan berkesempatan kuliah
di luar negeri gratis. Pasca itulah keduanya menjadi hilang kontak.
“Muhammad
Abdau Rizki, reporter Majalah Bintang Cendekia,” eja Rifa membaca kartu nama
Rizki yang tergelatak di meja. “Cie udah jadi wartawan ya sekarang.” Canda Rifa
sambil memasang muka senyum.
“Hehe ...
Iya baru satu bulan buat mengasah bakat menulis,” jawab Rizki sambil merebut
kartunya.
Keasyikan
ngobrol membuat keduanya lupa bahwa waktu sudah cukup malam. Untunglah dia
sudah ijin dengan orang tuanya sehingga tidak terlalu khawatir bahkan ayahnya meminta
Rizki bertandang ke rumahnya.
Pertemuan
yang singkat itu pun Rizki manfaatkan untuk bertanya-tanya tentang kuliah di luar
negeri. Cerita-cerita pengalaman kuliahnya di Belanda menjadi magnet tersendiri
buat Rizki. Keinginan menembus batas negara semakin kuat terpatri dalam
hatinya. Ia ingin membuktikan bahwa kekuatan mimpi memang benar-benar nyata. Dan
dia ingin membuktikannya.
“Hey ...
Aku ingin menikah,” celetuk Rifa memasang muka serius.
“Yang
benar, kapan? Sama siapa?” tanya Rizki memberondong kaget.
Meminta
persetujuan orang tua, demikianlah salah satu alasan kepulangannya ke
Indonesia. Jika orang tuanya setuju maka dua hari lagi keluarga calonnya akan
bertandang ke rumah, melamar. Rizki, teman akrab yang dianggap sudah hampir
seperti kakaknya sendiri adalah orang yang pertama kali dihubunginya. Ia
meminta bantuan untuk mengurus undangan kepada teman-temannya karena setelah
lamaran ia berencana langsung balik ke Belanda untuk mengurus wisudanya di
kampus. Baru setelah selesai langsung kembali ke Indonesia lagi untuk
melangsungkan pernikahannya dengan Muhammad Naufal, kakak kelas yang dulu
banyak membantu awal-awal perkuliahan di Belanda.
“Okee ..
Beres pokoknya. Serahkan saja padaku,” jawab Rizki mengiyakan.
Banjarnegara,
23 Oktober 2016
EmoticonEmoticon