“Bagaimana tidak sedih. Kakak tidak merasakannya si,” kata Rizka
menimpali kakaknya yang mencoba manasehatinya agar tidak bersedih.
Kesedihan
itu berasal dari tidak lulusnya sewaktu mendaftar kuliah melalui jalur SPAN-PTKIN
lantaran nilainya yang tidak memenuhi standar. Atau kalau pun memenuhi, ia juga
harus bersaing dengan ratusan pendaftar lain dari berbagai sekolah yang tak
kalah bagusnya. Keharusan jurusan terakreditasi A juga menjadi semacam pukulan
telak yang tak mungkin bisa ditangkis. Pasalnya jurusan RPL nya dulu sewaktu di
SMK baru terakreditasi B. Pupus sudah harapan untuk lulus seleksi.
Keceriaannya
pun tetiba hilang berganti dengan kesedihan. Semangatnya langsung down. Sikapnya
pun menjadi sensitif dan mudah tersinggung. Meskipun ia tahu bahwa masih ada
kesempatan lain yang bisa dicoba tetapi tetap saja pengumuman yang bertuliskan “Mohon Maaf Anda TIDAK LULUS” belum
bisa terobati.
Rasanya
sakit apalagi mengingat waktu menunggu pengumuman begitu lama. Pengumuman yang
benar-benar menampar dirinya. Membuat hari-harinya serasa mendung seolah
matahari berhenti bersinar. Beruntung karena banyak orang terdekatnya yang
begitu peduli dengannya. Mamanya yang ditakutkan akan marah mengetahui hasilnya
bahkan memberikan semangat dan menyuruh untuk mengikuti pendaftaran lewat jalur
yang lain. Nada bicaranya pun dibuat hati-hati karena takut putri keduanya tambah
down. Mengetahui hal itu, ada kelegaan tersendiri setidaknya mamanya tidak
menyalahkannya.
Bapak,
sosok lelaki yang sangat dihormati dan disegani. Sosok yang menjadi tumpuan
semangat bahkan selalu dirindukan yang saat itu berada disisinya tak
henti-hentinya memberikan support. Ia menyadari bahwa yang dibutuhkan anaknya
saat ini adalah dukungan moril. Ia yang begitu paham dengan karakter putrinya
hanya berpesan untuk selalu semangat, bahwa masih ada jalur UM-PTKIN dan
Mandiri yang bisa dicoba.
Jalur
pendaftaran melalui UM-PTKIN akhirnya dibuka juga. Ini adalah pilihan kedua
setelah jalur SPAN-PTKIN tidak lolos. Rizka yang sedari kemarin menunggu kini
telah bersiap untuk mencoba peruntungan di kesempatan kedua ini. Hanya saja
jurusan yang dipilih berbeda. Jika pada jalur SPAN-PTKIN ia mengambil Fakultas
Tarbiyah, di jalur UM-PTKIN ia mengambil Fakultas Dakwah Prodi Bimbingan
Konseling Islam. Ia tertarik karena di BKI ada pendidikan psikolog, sesuatu
yang ia cita-citakan sejak lama.
Dengan
sisa-sisa tenaga yang ada, ia mengajak temannya untuk menemani mendaftar online
ke warnet terdekat. Data diri, data pondok, data orang tua, jurusan yang
dipilih dan upload foto buat profil, ia isi lewat internet. Dari pendaftaran
online tersebut ia mendapatkan nomor sebagai password yang nantinya digunakan
untuk registrasi lewat Bank BNI.
Pada hari
yang lain ia mengajak temannya lagi untuk menemani pergi ke Bank BNI. Melakukan
registrasi sebagai persyaratan untuk mendapatkan username dan password.
Username dan password inilah yang nantinya digunakan untuk login ke web
UM-PTKIN dan melihat info serta pengumuman yang berkaitan dengan proses pendaftaran.
Dengan menyebutkan nomor yang ia dapatkan dari internet sewaktu mengisi
pendaftaran online dan membayarkan uang sebesar Rp. 150.000,- petugas bank memberikan
slip berupa bukti pembayaran yang didalamnya terdapat username dan password.
“Alhamdulillah, satu langkah telah terlampaui,” katanya
dalam hati mensyukuri satu usahanya yang berhasil.
Dimana ada
kemauan disitu ada jalan. Begitulah kira-kira apa yang Rizka alami saat mencoba
mendaftar lagi lewat jalur UM-PTKIN. Seolah alam pun mengamini apa yang menjadi
keinginannya. Terbukti ada teman yang menawarkan soal-soal untuk dipelajari
buat persiapan tes UM-PTKIN. Namanya Istinganah, teman yang ia kenal lewat
organisasi IPNU IPPNU. Kebetulan adiknya dulu pernah mendaftar hanya saja belum
berhasil. Soal-soal itulah yang dipinjamkan kepada Rizka.
Tak cukup
hanya itu, tempat menginap saat tes berlangsung juga telah Allah siapkan. Melalui
perantara Istinganah, ia dikenalkan dengan Fajri yang berada di pondok Darul
Abror. Kebetulan pondoknya terletak
tidak jauh dari kampus. Di situlah Rizka menginap, karena tidak mungkin ia laju
dari rumah. Dalam hatinya, ia tak henti-hentinya mengucap rasa syukur kepada Allah
Swt. Kasih sayang-Nya benar-benar ia rasakan. Ia pun semakin yakin bahwa Allah
selalu memberikan jalan kepada hamba-Nya yang mau berusaha.
Proses ujian
telah ia lalui dengan lancar. Soal-soal pinjaman yang ia pelajari pun banyak
yang keluar membuatnya merasa lebih tenang karena jawabannya banyak yang
mantep. Hanya beberapa soal matematika dan bahasa arab saja yang agak sulit. Tetapi
itu tidak membuatnya resah karena prosentasinya tidak terlalu banyak. Kini ia
hanya bisa berdoa dan bertawakal, menyerahkan hasilnya kepada Allah. Apapun
yang terjadi nanti setidaknya ia telah berusaha maksimal. Ia pun meyakini bahwa
keputusan Allah adalah keputusan terbaik.
Pasca tes
UM-PTKIN ia menjalani rutinitas seperti biasa. Hari-harinya pun mulai ceria
lagi dan tidak sesensitif dulu. Kesibukannya di organisasi cukup menghibur,
setidaknya ia tidak merasa bosan karena harus di rumah terus. Tanpa terasa satu
bulan pun berlalu. Hari yang ditunggu pun telah tiba, hari dimana pengumuman hasil
seleksi UM-PTKIN akan diumumkan.
“Gimana dek pengumumannya?” Tanya
kakaknya lewat sms.
“Belum bisa diakses kak. Mungkin karena banyak yang
buka jadi servernya eror kaya pas dulu SPAN-PTKIN,” jawab Rizka
memberitahu.
Rasa
was-was dan takut kini menyelimuti hatinya. Hasil ujian SPAN-PTKIN dua bulan
yang lalu masih menyisakan rasa trauma. Ada perasaan takut jika hasilnya tidak
sesuai yang diharapkan. Kakaknya juga lebih memilih untuk tidak meminta
username dan password untuk melihat hasil pengumuman seperti dulu. Karena jika
ia tahu lebih dulu, ia bingung bagaimana cara menyampaikannya sehingga ia lebih
memilih untuk menunggu kabar dari adiknya saja.
“Alhamdulillah lulus kak, terima kasih ya atas
supportnya selama ini,” pesan yang Rizka kirimkan kepada kakaknya.
Seusai
membaca pesan yang masuk, kakaknya langsung menelfon memastikan kebenaran sms
yang ia terima. Dari seberang sana langsung terdengar suara riang, suara khas
adiknya yang tanpa bertanya ia sudah
tahu bahwa sms yang dikirimkan kepadanya benar. Alhamdulillah, hatinya ikut
lega mendengar apa yang dikatakan adiknya. Kekhawatirannya pun tetiba hilang. Untuk
memastikan kabar gembira tersebut ia pun meminta password untuk melihat sendiri
hasilnya yang ternyata hanya dengan memasukan no tes.
Tak
menunggu lama, setelah mendapat no tes tersebut kakaknya langsung membuka website
UM-PTKIN lewat hp androidnya. Usai menuliskan no tes dan kode keamanan berupa
kode captcha dan mengklik tulisan “CEK KELULUSAN” maka langsung muncul
pengumuman hasil seleksi UM-PTKIN 2016 yang benar-benar melegakan hati. Laiknya
tanah gersang dimusim kemarau yang diguyur hujan.
“SELAMAT, PESERTA ATAS NAMA RIZKA WAHYU AKBAR DENGAN NOMOR TES 16427201018 DINYATAKAN DITERIMA PADA PRODI BIMBINGAN KONSELING ISLAM – IAIN PURWOKERTO”
Syukurlah,
akhirnya perjuangan selama ini tidak sia-sia. “Selamat ya dek, semoga Allah selalu memudahkan jalanmu. Sekarang
percaya kan kalau selalu ada jalan dalam setiap kemauan?” katanya meledek.
![]() |
Hasil Seleksi UM-PTKIN (Scrensot dari Web menggunakan Netbuk) |
Pringamba-Banjarnegara,
12 September 2016
1 komentar:
Write komentarwah selamat..selamat...
ReplyEmoticonEmoticon