![]() |
SMP N 1 Wanayasa (Mad solihin) |
Rabu, 14
September 2016 adalah hari pertama saya melakukan liputan sebagai reporter untuk
Majalah Bintang Cendekia. Tugas saya adalah mewancarai kepala sekolah untuk
mendapatkan profil sekolah, profil guru berprestasi dan profil murid yang
berprestasi.
SMP Negeri
1 Wanayasa adalah sekolah yang harus saya datangi sesuai arahan dari Bu Novi. Sebenarnya
saat itu masih ragu untuk berangkat atau tidak, pasalnya kakak perempuan dari
almarhum kakek saya baru saja meninggal, sebutan yang sering saya dengar adalah
Uwa Sami. Namun karena tidak enak dengan Bu Novi lantaran kemarin sudah tidak
bisa liputan, maka hari itu saya paksakan untuk berangkat.
![]() |
SMP Negeri 1 Wanayasa (Mad Solihin) |
Pertimbangan
saya adalah liputan ini tidak bisa dilakukan oleh orang lain sedangkan mengurus
jenazah masih banyak orang yang bisa. Artinya ada ataupun tidak saya disitu,
tidak berpengaruh banyak. Toh, saya juga sudah ikut menshalati. Maka saya pun
pamitan dengan bapak, walaupun sebenarnya tidak enak hati tetapi tak apa lah.
“Jika ada dua pilihan, pilihlah yang sekiranya engkau benar-benar dibutuhkan. Jika engkau tidak ada maka sesuatu itu menjadi kacau.”
Dalam perjalanan
pulang dari rumah Uwa Sami (Dusun Kaligintung) motor saya terjatuh karena
berpapasan dengan mobil yang membawa orang bertakziah, ditambah jalan yang
rusak dan berkerikil. Beruntung saya langsung menghindar dan tidak ikut
terjatuh, hanya motornya saja yang membuat handle
rem depan patah. Karena waktu itu sedang gugup dan tidak ada motor yang
bisa dipinjam, maka saya pun tetap mengendarai motor tersebut sampai Wanayasa. Alhamdulillah
meskipun tanpa rem depan, perjalanan pulang-pergi lancar.
![]() |
Hadle Rem Depan Putus (Mad Solihin) |
Sesampainya
di SMP Negeri 1 Wanayasa saya menemui guru yang sedang sibuk dengan
pekerjaannya masing-masing. Ketika saya utarakan maksud saya ingin bertemu
dengan Kepala Sekolah, ia pun bertanya sudah ada janji dengan beliau? Alhamdulillah
karena Bu Novi sudah menghubungi, saya pun bisa langsung menemui beliau.
“Untuk
menemui sebuah pimpinan kita terkadang dibuat berbelit-belit jika belum
mempunyai janji,” pikir saya memutar berbagai pengalaman yang berlalu. So,
kenapa ada ungkapan bahwa “Segenggam kekuasaan lebih berarti daripada
sekeranjang kebenaran”.
Tentang
Kepala Sekolah lanjut ke sini.
Banjarnegara,
17 September 2016
2 komentar
Write komentarWoh ternyata wanayasa banjarnegara, haha
Replymotornya kasian bener -_-
ya memang begitu, semakin tinggi kekuasaannya maka semakin sulit ditemui. Hal ini tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah, karena perlu adanya filter terhadap orang2 yg mau menemui beliau.
Hehehe ... Sante udah dibenerin kok :)
ReplySemoga saja ketika Pak Citra punya kekuasaan tidak seperti itu ya .. Hee
EmoticonEmoticon