![]() |
Sumber : bukabuku |
Dalam
kehidupan sehari-hari kita tidak pernah terlepas dari berinteraksi dengan orang
lain. Dari interaksi tersebut kita akan menemukan perbedaan sikap antara satu
orang dengan yang lainnya. Baik dari cara berbicara, cara memperlakukan orang
lain sampai pada cara menghadapi permasalahan yang dimilikinya. Ada yang begitu
bijak dan tenang, namun ada pula yang panik bahkan terlihat stres. Salah satu
penyebabnya adalah karena faktor cara pandang atau cara mensikapinya lebih mengfokuskan
pada sisi positifnya apa negatifnya.
Berbicara mengenai masalah cara pandang seseorang, ini
juga tidak bisa lepas dari pengaruh lingkungan yang membentuknya. Adapun
lingkungan itu salah satunya adalah buku yang seseorang baca. Dari buku yang
seseorang baca, ia akan mendapat ilmu dan wawasan baru yang akan
berpengaruh pada cara berpikirnya.
Belajar
kepada Serigala adalah buku yang menurut saya
berisi kisah motivasi dan inspirasi tentang seni kehidupan yang
mempunyai dampak kepada cara berpikir pembaca. Meskipun penulisnya, Rivaldo Fortier tidak sepopuler Mario Teguh atau
Merry Riana namun isinya bagus. Beneran.
Disini kita diajak untuk menyikapi kehidupan dengan lebih mengfokuskan pada
sisi positifnya. Penyampaian pesannya pun tidak terkesan menggurui, tetapi
lebih kepada kita sendiri yang mengambilnya karena disajikan dengan bentuk
kisah/cerita.
Penyusunan buku ini juga dibuat per pasal yang antara pasal satu dengan pasal
lainnya berbeda cerita sehingga
kita bisa memilih pasal mana yang akan kita baca tanpa harus membaca
keseluruhan buku. Lebih kepada sesuai kebutuhan.
Setiap buku
yang kita baca pasti ada hal yang bisa kita ambil hikmahnya. Ada ilmu yang
begitu menusuk sehingga lebih kita ingat. Nah, dalam buku ini ada beberapa
pesan yang menurut saya sangat penting untuk konsumsi otak. Pesan yang akan
mempengaruhi cara berpikir kita tentang kehidupan.
Hakekat Masalah
“Nak,” kata sang guru setelah muridnya selesai minum, “segala masalah dalam hidup itu seperti segenggam garam. Tidak kurang tidak lebih. Hanya segenggam garam. Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu itu sudah dikadar oleh Tuhan sesuai kemampuanmu. Jumlahnya tetap, tidak berkurang tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian. Tidak ada satu pun manusia, walaupun ia seorang nabi, yang bebas dari penderitaan dan masalah.” (Pasal : Pemuda Galau Hal 14)
Cerita ini
diawali dengan sosok seorang murid yang terlihat galau. Kemudian sang guru sufi
menghampirinya dan menanyakan sebab kenapa akhir-akhir ini sang murid terlihat
lebih banyak murung. “Kenapa kau selalu murung, Nak? Bukankah banyak hal yang
indah di dunia ini? Kemana perginya wajah bersyukurmu?”
Sang murid
pun menjawab bahwa ia sulit tersenyum karena sedang tertimpa banyak masalah.
Seolah masalah itu tidak ada habisnya. Mendengar jawaban tersebut sang guru
sufi terkekeh dan meminta sang murid untuk mengambil segelas air dan dua
genggam garam. Sang guru sufi kemudian menyuruh sang murid untuk memasukan segenggam
air ke dalam segelas air. Setelah itu sang murid diminta untuk meminumnya.
“Bagaimana
rasanya, Nak?” tanya sang guru sufi.
“Asin, dan
perut saya jadi mual,” jawab sang murid dengan memasang wajah meringis.
Melihat
muridnya meringis keasinan sang guru sufi terkekeh. Kemudian ia mengajak
muridnya mengunjungi danau yang tidak jauh dari tempat mereka. Setelah berada
di dekat danau sang guru sufi menyuruh sang murid mengambil garam yang tersisa dan
menyuruh untuk menebarkan garam tersebut ke danau.
“Sekarang,
coba kau minum air danau itu,” perintah sang guru sufi kepada muridnya.
Sang murid
pun menuruti apa yang diperintahkan sang guru sufi. Ia menangkupkan kedua
tangannya, mengambil air danau dan meminumnya. Setelah sang murid selesai menengguk
air danau yang tadi ditaburi garam, sang guru sufi bertanya, “Bagaimana
rasanya, Nak?”
“Segar,
segar sekali, Guru,” jawab sang murid.
“Terasakah
asinnya garam yang kau tebarkan tadi?”
“Tidak sama
sekali,” kata si murid sambil mengambil air dan meminumnya lagi. Sang guru hanya
tersenyum memperhatikannya dan membiarkan muridnya meminum air danau sampai
puas.
“Nak,” kata
sang guru setelah muridnya selesai minum, “segala masalah dalam hidup itu
seperti segenggam garam. Tidak kurang tidak lebih. Hanya segenggam garam.
Banyaknya masalah dan penderitaan yang harus kau alami sepanjang kehidupanmu
itu sudah dikadar oleh Tuhan sesuai kemampuanmu. Jumlahnya tetap, tidak
berkurang tidak bertambah. Setiap manusia yang lahir ke dunia ini pun demikian.
Tidak ada satu pun manusia, walaupun ia seorang nabi, yang bebas dari
penderitaan dan masalah.”
Si murid
terdiam mendengarkan. “Tapi Nak, rasa asin dari penderitaan yang dialami itu
sangat tergantung pada besarnya kalbu (hati) yang menampungnya. Jadi, Nak,
supaya tidak merasa menderita, berhentilah jadi gelas. Jadikan kalbu di dalam
dadamu itu sebesar danau ini.”
Teori Kehidupan - Gema
Kehidupan memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakan anda. Dengan kata lain, kehidupan anda adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan anda. Bila anda ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di dalam hati anda. Bila anda menginginkan tim kerja dengan kemampuan tinggi, ya tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang telah anda berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan, tetapi sebuah bayangan dari diri Anda. (Pasal : Gema Hal 74)
Pernah
berkata atau berteriak kemudian terdengar suara yang sepandan dengan apa yang
kamu katakan atau kamu teriakan?
Tulisan ini
diawali dengan sebuah cerita seorang bocah yang menghabiskan waktu luangnya
dengan kegiatan mendaki gunung bersama ayahnya. Entah mengapa, tiba-tiba si
bocah tersandung akar pohon dan jatuh. “Aduuhh!” jeritnya memecah heningnya
suasana pegunungan. Si bocah amat terkejut ketika mendengar suara di kejauhan
menirukan teriakannya persis sama, “Aduuhh!”
Namanya
juga anak-anak, ia berteriak lagi, “Hei Siapa Kau?” Jawaban yang terdengar,
“Hei Siapa Kau?” Lantaran kesal mengetahui suaranya selalu ditirukan, si anak
berseru, “Pengecut kamu!” Lagi-lagi, ia terkejut ketika suara dari suara
membalasnya dengan umpatan yang serupa.
Karena
bingung ia pun bertanya kepada sang ayah, “Apa yang terjadi?” Dengan penuh kearifan
sang ayah tersenyum, “Anakku, coba perhatikan.” Lelaki itu berkata keras, “Saya
kagum padamu!” Suara di kejauhan menjawab, “Saya kagum padamu!” Sekali lagi,
sang ayah berteriak, “Kamu sang juara!” Suara itu menjawab, “Kamu sang juara!” Sang
bocah sangat keheranan. Meski demikian, ia tetap belum mengerti. Lalu, sang
ayah menjelaskan, “Suara itu adalah gema, tetapi sesungguhnya itulah
kehidupan.”
Kehidupan
memberi umpan balik atas semua ucapan dan tindakan anda. Dengan kata lain,
kehidupan anda adalah sebuah pantulan atau bayangan atas tindakan anda. Bila
anda ingin mendapatkan lebih banyak cinta di dunia ini, ya ciptakan cinta di
dalam hati anda. Bila anda menginginkan tim kerja dengan kemampuan tinggi, ya
tingkatkan kemampuan itu. Hidup akan memberikan kembali segala sesuatu yang
telah anda berikan kepadanya. Ingat, hidup bukan sebuah kebetulan, tetapi
sebuah bayangan dari diri Anda.
***
Sebenarnya
masih banyak tulisan yang menginpirasi karena dari 29 pasal hanya 2 yang saya
cuplikan. So, jika ingin tahu lebih dalam tentang isi buku, maka bacalah buku
ini. Saya jamin tidak akan menyesal deh. Karena setiap buku yang kita baca
pasti ada ilmu yang kita dapat. Hanya saja kelemahan buku ini terletak dalam
kualitas buku yang kertasnya mudah terlepas.
Judul Buku :
Belajar Kepada Serigala
Penulis :
Rivaldo Fortier
Jumlah Halaman :
224
Penerbit :
Buku Biru
Tahun Terbit :
2012
Pringamba Banjarnegara, 5 September 2016
1 komentar:
Write komentarWah,,,,aku jadi malu pada diriku sendiri setelah membacanya,
Replyterima kasih banyak terinpirasi,hehe
EmoticonEmoticon