![]() |
Foto Setelah Selesai Munaqosah |
Kegiatan perkuliahan
akhirnya selesai juga. Target wisuda tahun ini pun terkejar sehingga tidak
masuk ke semester sembilan. Proses kerja keras dari bolak-balik
Wonosobo-Banjarnegara, mencari buku di perpus dan lembur pun terbayarkan dengan
wisuda tepat waktu, delapan semester. Keresahan akibat isu masuk semester
sembilan jika tidak munaqosah gelombang tiga dan harus membayar tagihan SPP pun
hilang. Alhamdulillah lega rasanya.
Sabtu, 6
Agustus 2016 adalah hari dimana saya menjalani ujian skripsi (Munaqosah) dengan
dosen penguji Bapak Haryanto AlFandi dan Bapak KH. Mukromin Al-Hafidz. Hari
dimana saya harus mempertanggungjawabkan atas skripsi yang telah saya buat. Hari
dimana saya terakhir menjalani proses perkuliahan menjadi seorang mahasiswa. Karena
munaqosah adalah proses akhir perkuliahan laiknya UN bagi sekolah tingkat
SD/SMP/SMA. Maka setelah munaqosah selesai, status kemahasiswaan saya telah
selesai dan berganti menjadi alumni Universitas Sains Al-Qur’an Jawa Tengah di
Wonosobo. Cie Alumni, Hehe.
Lain tempat
lain aturan lain pula kebijakannya. Jangan bayangkan munaqosah yang saya jalani
laiknya menjalani sidang ya. Di bantai oleh dosen penguji, berdebat
mempertahankan pendapat dan disaksikan oleh puluhan mahasiswa lain. Tidak. Munaqosah
yang saya jalani tak semenyeramkan itu. Bahkan lebih santai. Saya cukup
mendatangi dosen penguji yang telah menunggu di ruangan. Pun tempatnya berbeda
antara dosen penguji satu dan kedua, sehingga proses ujiannya face to face. Hampir
sama dengan sewaktu bimbingan, bedanya ketika bimbingan kita diarahkan ini dan
itu tetapi sewaktu munaqosah kita di cekoki pertanyaan yang harus kita jawab
sesuai isi skripsi. Tapi tetap saja ada
perasaan takut, buktinya banyak yang gak mau maju pertama.
Itu pula
yang menjadi sebab kenapa saya merasa santai dan heran dengan teman-teman di
Universitas lain yang bercerita tentang horornya proses munaqosah. Tidak lain
karena di kampus tempat saya kuliah sistemnya berbeda. Walaupun mungkin
idealnya proses munaqosah itu laiknya persidangan. Tetapi percayalah bahwa
dunia kerja itu tak akan pernah menanyakan bagaiamana proses ujian skripsimu. Tidak.
Yang mereka butuhkan adalah skill dan kreatifitasmu, kemampuanmu menjalankan
pekerjaan dengan baik dan cepat. Bahkan mohon maaf, masyarakat itu lebih
melihat kontribusi, what do you can? Bukan pada tempat dimana engkau kuliah, karena
yang menentukan kehidupanmu itu bukan your
UNSIQ, your ITB, your UI, your IAIN but yourself.
Ada satu
kelebihan kuliah di Universitas Sains Al-Qur’an ini yang kasat mata yaitu
adanya berkah dari Mbah KH. Muntaha Al-Hafidz selaku pendirinya. Tentang
kualitas lulusan, alumni Universitas Sains Al-Qur’an tidak kalah dengan
Universitas yang lain. Salah satu buktinya adalah tulisan yang sedang kamu baca
adalah tulisan alumni UNSIQ. Hahaha
“Nilai tidak mempengaruhi masa depan, tetapi skill
yang dimilikinya lah yang membuat seseorang bertahan.” Itulah
kalimat yang dilontarkan oleh Bapak Abdul Majid selaku Wakil Dekan FITK UNSIQ
pada saat mengumumkan nilai hasil munaqosah sore harinya.
![]() |
Saat Pengumuman Nilai Hasil Munaqosah oleh Dekan FITK (Mad Solihin) |
Atau kalau
mengutip apa yang disampaikan oleh Bapak Anies Baswedan dalam Tribun Timur,
nilai IPK tertinggi itu tidak mengantarkan seseorang ke jenjang karir tertinggi
karena IPK tinggi hanya mengantarkan pada meja wawancara. Sedangkan yang
mengantarkan kesuksesan setelah wawancara adalah kemampuan berpikir kritis,
analisa, kreativitas dan inovasi serta kepemimpinan yang didapatkan saat
menjalani peran di sebuah organisasi.
Pringamba-Banjarnegara,
13 September 2016 07:47
2 komentar
Write komentarlulusan UNSIQ di daerahku ada yang jadi perawat hehehe, eh apa warung mie ongklok deka kampus masih ramai?
ReplyBerarti manfaat .. Hehe
ReplyYang longkrang rame terus mas ..
EmoticonEmoticon